Kamis, 31 Januari 2013

Empat Anak Kembar Identik





Keempat anak kembar ini kerap menjadi bahan lelucon oleh teman sekelasnya. Mungkin jika Anda melihatnya, Anda juga akan tertawa dibuatnya. Rambut di atas kepala anak-anak ini berbentuk nomor satu sampai empat.

Empat bersaudara ini terlahir dengan kembar identik. Tentu saja hal ini membuat guru, teman bahkan orang tuanya sulit untuk mengenali satu sama lain. Sang ibu Tan Chaoyun, mencukur kepala anak-anaknya dengan inisial nomor di kepalanya.

Kembar asal Shenzen, Cina ini memiliki angka satu sampai empat di atas kepalanya. Tujuannya adalah untuk memudahkan gurunya dalam memberikan penilaian. Menurutnya, meski kembar identik keempat anaknya memiliki sifat yang berbeda.

Bahkan sang ayah pun tak bisa membedakan keempat anaknya. Hal ini terlihat dari hukuman yang selalu salah arah. Di saat anak kedua yang melakukan, sang ayah justru menghukum anak nomor tiga atau empat. 

Lucu ya, kalo mereka lagi menyamar. Sulit juga tuh kembarannya :-D

Selasa, 29 Januari 2013

Chant Mix Buat JKT48 Kalo Perform

Berikut adalah beberapa Chant atau Yel-yel yang biasa di sorakan Fans JKT48 saat menonton Idolanya perform..




#1 CHANT mix


Tiger

Fire


Cyber


Fiber


Diver


Viber


jya jya!!




#2 CHANT mix

tora

He


Jinzou


Sen-ii


Ama


Shindou ~ 


kasen  tobijokyo!!




#3 CHANT mix

Chape

Ape


Kara


Kina


Rara


Tosuke ~ 


Myouhuntosuke



#4 CHANT mix

Sore sore sore sore

Sabtu, 26 Januari 2013

Cerpen ~ Mengalah Cinta Demi Sahabat


 
Aku adalah seorang remaja yang baru berusia 13 tahun. Aku sekolah di suatu sekolah menengah pertama. Disini aku mempunyai 3 teman baik, yaitu Isyah, Reza, dan Deni. Kami sangat kompak, di balik kekompakkan kami terdapat cinta yang berputar-putar. Hehehe. Yang sebenarnya dari situlah aku membuat cerita ini.

Pada suatu hari ada praktek pelajaran di kelasku, dan semua perebuatan untuk pertama. Aku pun sudah mengambil ancang-ancang untuk lari, dan segera duduk di bangku meja guru. Lalu aku pun berlari, dan sampai. Namun, ketika aku duduk ada seseorang juga duduk di bangku itu. Yap, kami berdua duduk di bangku yg sama. Ternyata seseorang yang duduk itu adalah Deni. Pada saat itu, kami saling memandang dan aku merasakan ada sesuatu yang aneh saat itu, hatiku terasa terkena setrum. 

Tapi entah apa yang ia rasakan. Saat itu semua anak sekelas menyorakiku "cieeee" kata mereka kompak, dan terus menerus. Lalu akhirnya dia mengalah, dan aku yg di tes duluan. Sebelum ia kembali ke bangkunya, bolpen guruku jatuh dan tanpa sengaja kami mengambil dengan bersamaan. Dan sorakan “Cieeeee” itu muncul lagi. Hadduhhh, guruku pun hanya tersenyum. Kemudian aku pun di tes dan selesai. Saat aku kembali, sahabatku bilang "Ciee-cieee Bebi." kata Isyah "Apaan sih, aku tuh ga suka sama dia." kataku mengelak "Heleh, bo’ong ah bo’ong. Ya kaaan?" balasnya, “Ah enggak!” elak ku.

Sejak saat itu kami berdua sering di ejek. Aku ga tau aku senang atau kesal. Aku tidak berani merasakan rasa ini karena sahabatku Isyah juga menyukainya. Aku tidak tega untuk melukai hatinya. Aku dan Deni sering sms’an dan bercanda bareng. Pada suatu saat, aku sedang berdua sama dia saat pulang sekolah untuk pulang bersama. Di tengah perjalanan dia menyatakan cinta kepadaku "Bebi, aku mau ngomong sama kamu", kata Deni, "iya, mau ngomong apa ?" balasku, "Emmm.. aku, aku ".''Aku apa?", "Emmm, aku suka sama kamu, kamu mau ga jadi pacar aku ? " kata Deni.

Deg, Aku bingung mau jawab apa, aku memang suka sama dia, tetapi sahabatku juga suka sama dia, aku ga mau untuk menghancurkan hatinya. Aku terdiam sejenak, “Emmm, ntar dulu deh, aku pikir-pikir dulu" jawabku. “Yaudah sampai kapanpun aku akan nunggu kamu" kata Deni, "Ya, makasih ya" ucapku.

Sejak saat itu aku jadi menjauh darinya, dan diapun merasakan itu, lalu ia bertanya kepadaku "Gimana Beb, kamu mau ga? Aku serius." kata Deni. Dan ternyata saat Deni bilang itu Isyah dan beberapa teman yang lainnya mendengar. "Ehemm, ada yang lagi nembak nih, cieee." kata Reza.

"Ciee-cieee, udah terima aja! Ntar nyesel loh kalo nggak di terimaa.” celetuk Reza. Aku diam, aku menatap wajah Isyah, dan ia tersenyum padaku. Wajahnya pun seperti menyetujui ini, tetapi aku tau kalo ia sakit hati. Lalu ia berlari meninggalkan kami. Aku mengejarnya, dia menangis. Aku minta maaf kepada Isyah, dia pun memaafkanku. Kemudian aku pegi ke Deni dan bicara "Kamu bener suka sama aku?" kataku, "Iya, aku sangat suka, aku sangat mencintaimu.” jawabnya. "Kalo kamu suka sama aku, aku minta kamu jauhin aku, dan kamu lebih baik pacaran sama Isyah, karna dia benar-benar mencintaimu." ucapku. "Tapi aku sayangnya sama kamu, bukan sama Isyah. Jika itu mau kamu, yaudah aku akan coba." jawabnya "Makasih ya, kamu memang cowok yang baik."

Sejak saat itu Deni mendekati Isyah, dan setelah beberapa waktu, mereka jadian. Aku sedih sekaligus senang, aku cemburu setiap mereka berdua. Tetapi aku yang memintanya, dan harus bagaimana lagi. Setelah itu Deni datang padaku, dan ia bilang  "Ini kan maumu ? Walaupun sekarang aku belum mencintainya, dan aku masih sangat mencintaimu, tapi aku akan berusaha untuk mencintainya." dan sebelum aku bilang apapun, dia sudah pergi meniggalkanku. Yah, mungkin inilah resikonya, aku menerimanya, walaupun sulit untuk melakukannya.

6 bulan kemudian. .

Sudah 6 bulan Deni dan Isyah berpacaran, dan aku dapat mengontrol perasaanku sekarang. Tapi akhir-akhir ini Reza, yang juga sahabatku curhat padaku bahwa ia cemburu karena ia telah menyukai Isyah sejak pertama kali bertemu. Aku pun menjadi merasa bersalah atas keputusanku itu. Tapi, bagaimana lagi? Apakah aku harus meminta Deni untuk memutuskan hubungannya dengan Isyah? Tapi bagaimana perasaan Isyah yang sudah benar-benar jatuh cinta kepada Deni? Aku jadi bingung sendiri. Sedangkan Reza yang terus bersedih dan sering curhat denganku. Karena Reza yang sering curhat, aku sendiri pun mulai lagi cemburu dengan hubungan mereka. Tapi perasaan ini hanya kupendam saja.

Suatu ketika, Isyah pun bercerita padaku tentang perkembangan hubungannya dengan Deni. Mereka yang begitu romantis dan uh, MJB jelasnya. Aku hanya bisa, “Waah, hebat, siiip, so sweet.” . Di sekolah, aku pun dibuat cemburu oleh mereka. Aku hanya melihatnya sambil tersenyum kecil di campur kecemburuan. Uhh, aku hanya terdiam saat melihat mereka dari kejauhan.

Tiba-tiba, “Hey bebi, jangan melamun doong!” Reza berkata padaku sambil menepuk pundakku. “Eh, hey Za. Tumben banget kamu ke sini. Ada apa?” tanyaku, “Ah ga apa beb, kamu mikirin apa sih kok melamun gitu?” tanyanya balik. “Ah ga apa kok Za.” Sahutku, “Haddeh, jujur ajalah! Ga usah di tutup-tutupin, terbuka aja! Suwer deh ga aku bilangin ke orang laen!” Katanya. “Mmmm, suwer?” tanyaku. ”Suweer.” Jawabnya mantab. ”Janji?” tanyaku kembali sambil mengeluarkan jari kelingkingku. “Janji deh, kan sahabat sendiri!”Jawabnya lebih mantab sambil mengikatkan kelingkingnya pada kelingkingku. “Ya deeh, aku lagi mikirin tugas fisikaku!” Ceritaku yang jelas-jelas bohong, karena kutahu dia akan merasa sedih juga jika kuceritakan yang sebenarnya. “Ih, bohong nih! Bohong! Mesti lagi mikir si.....” katanya dipotong. “Siapa siih?” jawabku pura-pura tak tahu. “Yeeh, pura-pura gak tau. Ya Deni lah!”

Deg, “mati kau!” kataku dalam hati. “Ah ga usah mengelak, ya kan beb?” tanyanya. “Iya deh, aku ngaku kalo aku lagi mikirin si Deni.” Jawabku sambil menundukkan kepala. “Ya ampuun bebiii, kamu cemburu ya sama mereka? Aku aja juga cemburu.” ucapnya, “Yeee, sama aja deh. Yang jelas aku cemburu udah di tingkat provinsi nih Za. Aku udah ga kuat.”  Sahutku, “Hadduh bebii, kamu harus kuat kayak aku! Udah lah, ga usah mikirin Deni. Ntar nilai kamu njeblok loh.” Sarannya. “Tapi Za...” Tak terasa air mata menetes dari mata sipitku. “Ssst, sudahlah. Ga usah nangis juga bebii.” Reza memotong perkataanku.

Set, tak terduga Deni lewat di depanku, dan mengetahui kalau aku sedang menangis dengan mata yang berlinang-linang. Ia pun berhenti, “Bebi, kamu kenapa nangis?” tanyanya. “Ah ga apa kok, cuman kelilipan aja.” Jawabku sambil mengusap air mata. “Hah? Masak? Mana-mana yang kelilipan. Aduh-aduh bebii.” Perhatiannya padaku. “Ah, udah sembuh kok. Ya kan Za?” tanyaku kepada Reza dengan mengedipkan mata beberapa kali sebagai tanda berbohong. “Ah, iya loh Den. Oh ya, kamu mau kemana nih kok rapi banget?” Tanya Reza mengalihkan pembicaraan. “Oh itu, aku mau nemuin Isyah.” Jawabnya mantab. “Gih sana, entar si Isyah nunggu kamu!” sahutku. “Iya, aku duluan ya, bye!” pamit Deni lalu ia pun pergi.

Deni sudah tak terlihat lagi, dan “Huaaaaaaaaaaaaa.....” tangisanku semakin menjadi-jadi. Tepatnya seperti anak kecil yang tidak dituruti permintaannya oleh orang tua mereka. “Sudah-sudaaaah bebiiii. Kalo kamu nangis terus kamu ga bakal konsen sama pelajaran.” Reza pun mengelapkan selembar tisu di wajahku. “Thanks Za, kamu emang sahabatku.” Kataku. “Iya Bebi. Sama-sama, ini lah gunanya persahabatan.” Katanya sambil tersenyum.

2 Minggu kemudian....

“Bebiii,” sapa Deni. “Eh Deni, mau kemana Den? Tumben banget lewat sini.” Tanyaku. “Oh ini, aku mau ke Isyah. Mau ikut?” tawarnya. “Mmm, iya deh. Emang siapa aja yang ikut ke sana?” tanyaku. “Temen-temen sekelas. Di rumah Isyah ada acara aqiqah’an buat adeknya yang baru lahir itu loh.”  Jawabnya mantab. “Oke. Ayo kalo gitu.” Akhirnya kami pun berangkat bersama. Di perjalanan kami saling terdiam. Aku memberanikan diri untuk memulai pembicaraan kami, “Eh Den.” Panggilku, ”Iya bebi? Apa?” tanyanya, ”Mmm, gimana hubunganmu sama Isyah? Lancarkan?” Tanyaku balik. “Emmm, alhamdulillah lancar. Tapii, .” bicaranya pun terhenti. “Tapi kenapa?” tanyaku penasaran. “Aku masih belum bisa mencintai Isyah, beb.” Aku pun terkejut mendengar perkataannya tadi. “Aku masih mencintai kamu Beb, sampai saat ini.” Lanjutnya. Aku hanya bisa terdiam.

Sesampainya di rumah Isyah, .

            “Eh Bebi, kamu ke sini sama siapa?” tanya Isyah. “Eeeh, sama Deni.” Jawabku. “Oh ya ya ya. Eh yang kita habis ini pergi yuk?” tanya Isyah kepada Reza. “Boleh aja yang, tapi kemana?” tanya Deni. “Eeeh, ke danau yuk yang. Aku udah lama gak ke sana sama kamu yang. Ya ya?” tanya Isyah dengan manjanya. “Iya sayang. Gampang kok.” Jawab Deni. Aku hanya terdiam melihat mereka langsung di depanku dengan jarah tidak ada 1 meter. Aku pun tak kuasa, aku ingin pergi. Aku pun berlari entah kemana.

Aku berlari sambil mengisak tangis. “Mengapa aku jadi cemburu gini? Padahalkan aku yang minta Deni nglakuin ini dulu! Aku Nyeseeeeel!!” Teriakku. (Ini persis lagunya Love You Kamu – Blink) Tiba-tiba, “Beb, maafin aku!” ucap Deni dari belakangku. “Maaf apa? Kamu ga perlu minta maaf! Harusnya aku yang minta maaf udah maksain kamu buat pacaran sama Isyah! Aku nyesel Den, nyesel!” ucapku balik. “Justru aku yang harusnya minta maaf karna aku ga bisa nglakuin apa yang kamu minta, yaitu untuk mencintai Isyah!” ucapnya balik.

Tiba-tiba.... “Udah deh, aku maafin semuanya!” celetuk Isyah. “Tuh, udah di maafin.” Reza melanjutkan. Aku dan Deni pun terkejut saat melihat mereka. “Isyah, Reza?” tanyaku. “Iya ini aku. Apa? Kaget ya? Maaf ya bikin kamu cemburu Beb. Sebenernya aku udah relain Deni buat kamu kok. Aku tau, Deni lebih bahagia sama kamu daripada dengan aku. Jadi, Deni aku serahin aja ke kamu beb.” Jelas Isyah. “Yang? Kamu beneran?” tanya Deni ke Isyah. “Iya lah sayang, aku enggak cemburu kok. Aku udah ngrencanain ini emangan. Jadi, kamu sama Bebi aja yah. Enggak kok aku jelaous kayak Bebi. Hehe”  lanjutnya. “Ih Isyah nyindir deh!“ sahutku.

“Nha, kalo Bebi sama ente, ane sama Isyah aja yah.” Canda Reza. “Ini ciyus loh.” Isyah melanjutkan. “Haha. Mieapah?” tanya Deni. “Ah, Mie Cinta Isyah.” Jawab Reza. “Hahahah! Deal deh kalo gitu. Oh ya, thanks ya Beb udah kasih aku kesempatan buat deket sama Deni.” Ucap Isyah. “Iya, sama-sama. Makasih ya, udah ngebalikin Deni ke aku lagi.” Sahutku.

Tiba-tiba lagi.... “Eh Cieeeee. Yang habis saling ngungkap rasa. Ihir-ihir.” Sorak temen-temen sekelas. “Ehem.. ehem, yang baru jadiaan.” Lanjut Tafia. “Ih, apa’an sih kalian ini.” Sahutku malu-malu. “Eh cieeee. Ihir-ihiiiiir, udahlah kami setuju kok. Ya nggak?” celetuk Nisa. "Yoi mamen. Hahaha!" sahut temen-temen sekelas kompak.


- TAMAT -