Minggu, 20 April 2014

Sejarah Jathilan (Penari Berkuda) Dari Berbagai Versi

      Versi Kerajaan Bantarangin :

Konon, tari kuda lumping adalah tari kesurupan. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah seorang pasukan pemuda cantik bergelar Jathil penunggang kuda putih berambut emas, berekor emas, serta memiliki sayap emas yang membantu pertempuran kerajaan bantarangin melawan pasukan penunggang babi hutan dari kerajaan lodaya pada serial legenda reyog abad ke 8.

      Versi Kerajaan Mataram :

Versi ini menyebutkan bahwa tarian jathilan ini mengisahkan tentang prajurit Mataram yang sedang mengadakan latihan perang (gladhen) dibawah pimpinan Sultan Hamengku Buwono I, guna mengadapi pasukan Belanda.
       
      Versi Pangeran Diponegoro :

Versi ini menyebutkan bahwa tari kuda lumping yang menggunakan properti kuda tiruan terbuat dari bambu berawal dari sebuah bentuk apresiasi serta dukungan rakyat terhadap pasukan berkudanya Pangeran Diponegoro, dimana pasukan berkuda tersebut teramat gigih melawan penjajahan Belanda. Waktu penjajahan itu, kesenian tari jathilan ini seringkalidipentaskan di dusun – dusun terpencil, selain sebagai hiburan ternyata pementasan jathilan ini juga digunakan sebagai media menyatukan rakyat demi melawan penindasan.

      Versi Raden Patah :
  
Tari kuda lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah dalam melawan penjajahan Belanda, dimana waktu itu beliau juga dibantu oleh Sunan Kalijaga. Lantaran Sunan Kalijaga adalah sosok yang dekat dengan rakyat serta paham dengan kesenian, maka beliaupun meneruskan cerita perjuangan tersebut dengan menggambarkannya kedalam bentuk seni tari jathilan.

      Versi Borobudur :
Ada beberapa sumber yang menyatakan bahwa kesenian jathilan ini berasal dari jawa timur,tepatnya kesenian Reog Ponorogo.dikatakan sebagai pemain Jathil.

Namun di Borobudur, kesenian jathilan memiliki sejarah yang berbeda. Mereka mendapatkan inspirasi dari melihat pasukan pangeran diponegoro yang sedang melakukan perang gerilya di sepanjang pegunungan Menoreh. Seringnya masyarakat Borobudur di pegunungan  waktu itu melihat dan menyaksikan pasukan gerilya Pangeran. Diponegoro membuat mereka memiliki kedekatan emosional, dengan peristiwa sejarah tersebut. Lalu mereka mengekspresikan rangsang visual mereka dalam bentuk kesenian yang diiringi dengan musik gamelan yang diwujudkan dengan penari yang menaiki kuda yang terbuat dari kepang / anyaman bambu. Maka kesenian jathilan ini kadang juga dinamakan dengan kesenian kuda Kepang / kuda Lumping (bahasa jawa).

1 komentar:

  1. Hai infonya sangat membantu sekali.. aku penyuka kesenian kuda lumping thanks

    BalasHapus